Tempodaily.com, Gunungsitoli -
Pihak Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M.Thomsen Nias, resmi menutup sementara waktu pelayanan di Poly Bedah mulai Senin (11/8/2025) hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Hal ini sangat disayangkan, karena akan sangat berdampak bagi warga yang hendak melakukan rawat jalan atau konsultasi medis kepada dokter di Poly Bedah.
Informasi yang dihimpun dari beberapa sumber, menyebutkan ditutupnya layanan poli bedah ini, terkait sejumlah dokter spesialis yang selama ini menangani poly bedah, diduga non aktif sejak Sabtu (9/8), yang menyebabkan sejumlah pasien yang hendak konsultasi dan rawat jalan merasa kecewa saat hendak ke Poly bedah.
Salah seorang warga kampung baru kelurahan Ilir Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli, AL (50) yang sedari pagi sudah hadir untuk mendaftar ke poly bedah Senin (11/8). Berhubung karena layanan Poly bedah ditutup sementara waktu, akhirnya AL pulang dengan rasa kecewa.
Kepada awak media AL mengaku sangat kecewa atas ditutupnya layanan Poly bedah, karena tadinya berencana hendak operasi jari kakinya yang membengkak dan bernanah.
"Saya sangat kecewa ditutupnya layanan Poly bedah di RSUD ini, padahal saya sudah berharap dapat dilayani oleh dokter bedah untuk memastikan tindakan apa yang bisa dilakukan terhadap kaki saya yang bengkak dan mulai bernanah ini. Namun fakta berbicara lain, saya diarahkan ke dokter umum.
"Sungguh miris, katanya rumah sakit rujukan tapi koq begini layanannya terkesan amburadul. Parahnya lagi, saat hendak pulang, saya dapat info kalau siang harinya dokter Viktor tampak di RSUD Thomsen sedang menghadiri acara pisah sambut koordinator poliklinik. Saya jadi tanda tanya, apa sebenarnya yang terjadi ? Ungkapnya kesal.
Dikonfirmasi via selulernya Senin (11/8), Humas RSUD Thomsen melalui Kasubag AH2K Benhard Doloksaribu, membenarkan ditutupnya layanan Poly bedah untuk sementara waktu, hanya bagi pasien yang hendak rawat jalan.
"Iya pak, benar manajemen RSUD Thomsen untuk sementara waktu menutup layanan Poly Bedah khusus bagi pasien rawat jalan, karena tinggal satu dokter lagi yang aktif yakni dokter Yamo. Beliau khusus menangani pasien yang sedang rawat inap dan pasien emergensi untuk operasi, tidak untuk pasien rawat jalan.
"Dilanjutkannya lagi, sementara 3 (tiga) orang dokter bedah di RSUD Thomsen yang selama ini menangani poly bedah yakni : dr.Adriadi, dr.Jefri dan dr.Viktor KF Telaumbanua sedang ada urusan masing-masing.
"Lebih jauh dijelaskan Benhard lagi, seperti dr.Adri, yang bersangkutan sedang mengurus perpanjangan surat ijin praktek karena telah habis masa berlakunya, sementara dr.Jefri dari Nias Barat tidak bersedia lagi melanjutkan tugasnya, dan dr.Viktor sedang mengurus urusan di bagian kepegawaian". Sebut Benhard.
Soal dokter Viktor yang sedang mengurus urusan kepegawaiannya, apakah tidak bisa pengurusannya sambil berjalan (tanpa harus meninggalkan tugas dan tanggungjawab) untuk melayani pasien Poly bedah ? Tanya wartawan lagi.
"Kalau soal dokter Viktor, itu penjelasannya harus detail pak, karena menyangkut personal. Kita bertemu langsung aja nanti pak." Pintanya sambil mengakhiri percakapan.
Ketua DPRD Kabupaten Nias "Sabayuti Gulo" yang ditemui dikantornya Senin (11/8) sekira pukul 14.00 wib, kepada sejumlah awak media mengucapkan terimakasih atas informasi yang baru didengarnya ini.
"Saya ucapkan terimakasih terlebih dahulu atas informasi yang sangat berharga dari rekan-rekan media, saya juga baru dengar dari kalian kalau ada penutupan layanan di Poly bedah RSUD Thomsen. Ini sangat mengagetkan dan seharusnya tidak boleh terjadi karena menyangkut nyawa manusia, apa lagi ini rumah sakit rujukan se-kepulauan Nias.
"Saya akan catat ini dan secepatnya kita akan komunikasikan dengan segera kepada pak Bupati. Ini tidak boleh terjadi penutupan layanan di Poly bedah dan bila perlu kami akan rencanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) secepatnya untuk mengetahui duduk persoalan". Tegasnya
Lagi, Ketua DPRD dari PDIP ini, mengungkapkan kalau barusan ianya juga mendapatkan laporan dari warganya bahwa alat CT-scan di RSUD Thomsen tidak berfungsi alias rusak, hal ini ketahuan saat warganya hendak melakukan pemeriksaan.
"Saya tidak heran, kalau pelayanan dan manajemen RSUD Thomsen ini begitu miring terdengar di telinga. Pernah suatu waktu saya datang ke RSUD Thomsen dan melihat spanduk besar bertuliskan " 3 S" yang artinya : SENYUM, SAPA, SALAM.
Saya sudah minta dicopot saja, untuk apa dipampang besar-besaran, tapi prakteknya omdo". Gumamnya.
Ditempat terpisah, tokoh pemuda yang juga aktivis pemerhati sosial "AZ", menduga penutupan layanan Poly bedah, terkait dengan isu jasa pelayanan (Jaspel).
"Saya curiga penutupan layanan Poly bedah di RSUD Thomsen ini, mungkin ada kaitannya dengan Jaspel yang di duga belum direalisasikan oleh pihak manajemen internal RSUD Thomsen, sehingga berdampak pada tenaga medis.
"Saya harap, pemangku kepentingan di Kabupaten Nias perlu mengevaluasi kembali kinerja dan kepemimpinan Direktur RSUD Thomsen". Ucapnya.
(tim-red)