Tempodaily.com - Gunungsitoli - Di tengah derasnya arus digitalisasi dan konten instan yang mendominasi ruang publik, sastra tetap hadir sebagai medium refleksi yang tak lekang waktu. Puisi dengan kekuatan bait-baitnya, masih menjadi ruang aman bagi siapa saja untuk mengungkapkan perasaan, melawan ketidakadilan, dan mengungkapkan harapan.
Di era ketika suara individu kerap tenggelam dalam hiruk-pikuk informasi, kehadiran lomba puisi menjadi sebuah oase untuk kembali merayakan keindahan bahasa sekaligus membangun kesadaran sosial.
Komunitas KIMO kembali resmi mengumumkan penyelenggaraan Lomba Cipta Puisi September 2025, sebuah ajang sastra prestisius yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat terlebih generasi muda tanpa batasan usia maupun latar belakang. Lomba ini digagas untuk menghadirkan ruang kreatif yang bebas dan inklusif, di mana siapa saja dapat menyalurkan suara hati, refleksi kehidupan, kritik sosial, pesan cinta, dan doa-doa pribadi melalui medium puisi. (01/09/2025)
Mengusung tema besar “Antara Tangis dan Harapan”, lomba ini diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat untuk merefleksikan berbagai dinamika sosial, budaya, dan politik yang tengah terjadi di Indonesia. Tema tersebut menggambarkan keseimbangan antara realitas hidup yang kerap diliputi duka, kesedihan, dan perjuangan, namun selalu diiringi secercah harapan untuk masa depan.
“Melalui tema ini, kami mengajak generasi muda dan masyarakat menulis dengan hati nurani. Kami ingin puisi-puisi yang lahir bukan hanya indah secara bahasa, tapi juga menjadi suara hati. Puisi bisa menjadi cermin realitas sekaligus pengobat luka dan penyemangat,” ujar Evan Waruwu.
Dalam lomba ini peserta diberikan kebebasan untuk menuangkan perasaan dan pengalaman hidup secara jujur. Panitia mendorong peserta menulis tentang doa-doa dari perjalanan hidup pribadi, pesan cinta untuk orang terdekat, refleksi atas demokrasi, kritik sosial, atau bahkan harapan besar untuk masa depan bangsa.
Selain tema utama, peserta juga diperbolehkan mengirimkan karya bertema bebas. Dengan begitu, kreativitas peserta dapat berkembang tanpa batasan gaya atau pesan. Panitia berharap langkah ini akan memunculkan ragam perspektif yang memperkaya khasanah sastra nasional, baik dari penulis pemula maupun profesional.
Semua karya yang memenuhi standar kurasi akan dibukukan tanpa terkecuali. Karya-karya terbaik akan dikompilasi menjadi Antologi Puisi Nasional 2025, yang menjadi dokumentasi penting sekaligus bukti nyata semangat literasi masyarakat Indonesia.
Selain menjadi ajang kompetisi, lomba ini juga didukung penuh oleh Bapak Yusma Dawolo (BG YD), seorang tokoh masyarakat dan penulis inspiratif. BG YD menjadi sponsor utama yang memberikan apresiasi berupa uang saku dan penghargaan bagi pemenang lomba. Dukungan ini diharapkan menjadi motivasi tambahan bagi para peserta untuk berkarya sepenuh hati.
Dalam wawancaranya, BG YD menekankan pentingnya mengapresiasi karya sastra sebagai cermin perjalanan bangsa:
“Saya percaya puisi adalah suara hati yang tulus melalui kalimat, bait dan hingga utuh menjadi sebuah puisi, kita bisa mengungkapkan kesedihan, harapan, dan doa-doa untuk masa depan. Dukungan ini adalah bentuk komitmen saya untuk memberi ruang bagi generasi muda dan siapa pun yang ingin bersuara. Karya-karya ini nantinya akan menjadi catatan sejarah kecil tentang suara masyarakat di masa kini,” ujar BG YD.”
Tak hanya sebagai sponsor, BG YD juga dikenal sebagai penulis buku “Anak Nelayan Nias Sukses di Ibu Kota”, sebuah kisah inspiratif yang menggambarkan perjalanan hidupnya dari anak nelayan sederhana hingga sukses di ibu kota. Kehadirannya di ajang ini diharapkan menjadi penyemangat bagi para peserta agar terus berjuang dan percaya diri dalam berkarya.
Ketentuan Lomba
-
Terbuka untuk masyarakat umum, tanpa batasan usia.
-
Peserta wajib mengirimkan minimal satu karya puisi dengan tema “Antara Tangis dan Harapan” dan satu karya bertema bebas.
-
Maksimal lima karya untuk setiap tema.
-
Karya harus asli, bukan hasil plagiasi, serta menggunakan bahasa yang baik dan layak publikasi.
-
Naskah dikirim dalam format .docx atau .doc.
-
Seluruh proses pendaftaran dan pengumpulan karya dilakukan secara daring melalui tautan resmi Komunitas Kimo >klik disini<
Komunitas KIMO menegaskan bahwa lomba ini tidak hanya bertujuan mencari pemenang, melainkan juga menjadi langkah nyata dalam merawat budaya literasi dan memperkuat peran sastra sebagai medium perubahan sosial.
“Puisi adalah rumah bagi semua suara. Kami ingin semua orang merasa dihargai dan didengar melalui kata-kata mereka,” tambah panitia.
Dengan dukungan penuh dari BG YD, lomba ini diharapkan melahirkan karya-karya bernilai tinggi yang mampu memberikan inspirasi, pesan moral, dan refleksi sosial untuk generasi mendatang. Publikasi antologi puisi nasional nantinya diharapkan menjadi jejak sejarah literasi yang merekam suara-suara masyarakat Indonesia di tengah tantangan zaman.
Panitia mengajak seluruh pecinta sastra, pelajar, mahasiswa, pekerja kreatif, hingga masyarakat umum yang mungkin baru pertama kali menulis puisi, untuk turut berpartisipasi. Kompetisi ini bukan sekadar lomba, melainkan kesempatan berharga untuk mengabadikan suara hati dalam bentuk karya sastra yang akan dibaca lintas generasi. Dengan proses pendaftaran yang sederhana dan sepenuhnya daring, setiap orang memiliki peluang yang sama untuk berkontribusi.
“Jangan lewatkan kesempatan ini. Jadikan puisi Anda sebagai bagian dari catatan sejarah bangsa. Kami percaya setiap kata memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang dunia,” tutup Evan Waruwu.
Tim-red.

