Gunungsitoli, tempodaily.com — Harapan untuk mengenyam pendidikan kembali lagi bagi Sem Luahambowo, seorang anak dari keluarga prasejahtera di Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara. (7/6/25)
Di tengah keterbatasan ekonomi dan kondisi orang tua yang mengalami disabilitas permanen, Sem tetap bertekad melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Melihat kondisi tersebut, Yayasan Gerakan Kasih Indonesia (YGKI) bekerja sama dengan Komunitas Kita Muda dan Optimis (KIMO) menyalurkan bantuan pendidikan kepada Sem, sebagai bagian dari upaya pemberdayaan dan perlindungan terhadap anak-anak yang rentan secara sosial dan ekonomi.
Penyaluran bantuan dilakukan secara langsung oleh Feriaman Laoli, perwakilan dari YGKI. Sementara itu, Ketua Komunitas KIMO, Elvan Waruwu yang sedang berada di luar kota, tidak dapat menghadiri kegiatan tersebut dan memberikan mandat kepada anggota komunitas untuk mewakilinya dalam proses penyaluran.
Sem tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah sederhana / Kost-kosan di Kota Gunungsitoli, Sang ayah mengalami kelumpuhan total dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, sementara ibunya pun mengalami kelumpuhan pada kaki, sehingga hanya bisa berjalan menggunakan alat bantu seadanya. Keduanya tidak mampu bekerja secara produktif, membuat ekonomi keluarga terhenti secara total.
“Kami melihat kondisi keluarga ini sangat memprihatinkan. Namun yang menyentuh kami adalah semangat Sem yang luar biasa. Ia ingin tetap sekolah meski orang tuanya tidak mampu secara finansial,” ujar Feriaman Laoli usai menyerahkan bantuan secara langsung.
Feriaman menambahkan bahwa bantuan yang diberikan berupa dana pendidikan untuk keperluan masuk sekolah, termasuk pembelian seragam, perlengkapan tulis, tas, dan kebutuhan pendukung lainnya.
“Ini bukan hanya soal uang, ini soal harapan. Sem tidak hanya butuh fasilitas, tapi juga dorongan moral. Itulah mengapa kami hadir,” imbuhnya.
Di tengah kondisi keluarganya yang sangat terbatas, Sem tidak kehilangan semangat untuk belajar. Ia menyatakan ingin menjadi seorang Polisi agar bisa membantu anak-anak lain seperti dirinya di masa depan.
“Saya ingin terus sekolah supaya bisa bantu orang tua saya dan nanti bisa bantu anak-anak lain juga,” ujar Sem dengan suara lirih tapi penuh semangat.
Ia juga mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada YGKI dan KIMO yang telah memperhatikannya.
Komunitas Kita Muda dan Optimis (KIMO) menyampaikan apresiasi atas sinergi yang terjalin dengan YGKI dalam misi kemanusiaan ini. Ketua KIMO Elvan Waruwu, melalui pernyataan tertulis menegaskan bahwa pendidikan adalah fokus utama perjuangan komunitasnya.
“Kami di KIMO memandang bahwa setiap anak, tak peduli seberat apapun latar belakang kehidupannya, punya hak untuk mendapatkan pendidikan. Kami akan terus mendampingi Sem dan anak-anak lain yang menghadapi tantangan serupa,” kata Elvan.
Anggota komunitas yang mewakili Elvan dalam kegiatan tersebut juga turut menyampaikan pesan solidaritas dan dukungan kepada keluarga Sem.
Sinergi antara YGKI dan KIMO di Gunungsitoli diharapkan menjadi contoh kolaborasi positif antara lembaga nasional dan komunitas lokal dalam memberikan solusi nyata terhadap persoalan sosial di lapangan.
“Kami percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil, seperti membantu satu anak untuk tetap bersekolah. Kami ajak seluruh masyarakat untuk tidak tinggal diam, mari bersama menjadi bagian dari gerakan kasih ini,” pungkas Feriaman.
Kisah Sem Luahambowo adalah satu dari sekian banyak potret anak-anak di Indonesia yang hidup dalam ketidakberdayaan, tapi tetap menyimpan impian besar. Di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi, Sem memilih untuk tidak menyerah dan terus melangkah menuju masa depan yang lebih baik.
YGKI dan KIMO membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin turut berkontribusi dalam misi sosial ini. Dukungan, baik dalam bentuk dana pendidikan, barang, maupun perhatian moral, akan sangat berarti bagi keberlangsungan pendidikan anak-anak seperti Sem.
Timred_Vans